Thursday, July 3, 2008

Maulid

Merayakan Maulid Nabi SAW (1)

Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal), Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para tabi`in dan tabi`it tabi`in.

Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.

Di antara karya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga hari ini masih sering kita dengar dibacakan dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW.

Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka, tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada fakir miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan masyarakat.

Kembali kepada hukum merayakan maulid Nabi SAW, apakah termasuk bid`ah atau bukan?

Memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid`ah. Karena tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw dan tidak pernah dicontohkan oleh para shahabat seperti perayaan tetapi termasuk bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ . رواه مسلم

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Muslim)

Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?Merayakan Maulid Nabi SAW (2)

Jika sebagian umat Islam ada yang berpendapat bahwa merayakan Maulid Nabi SAW adalah bid’ah yang sesat karena alasan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw sebagaimana dikatakan oleh beliau:
إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه أبو داود والترمذي
Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan. (HR Abu Daud dan Tarmizi)

Maka selain dalil dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi tersebut, juga secara semantik (lafzhi) kata ‘kullu’ dalam hadits tersebut tidak menunjukkan makna keseluruhan bid’ah (kulliyah) tetapi ‘kullu’ di sini bermakna sebagian dari keseluruhan bid’ah (kulli) saja. Jadi, tidak seluruh bid’ah adalah sesat karena ada juga bid’ah hasanah, sebagaimana komentar Imam Syafi’i:

المُحْدَثَاتُ ضَرْباَنِ مَاأُحْدِثَ يُخَالِفُ كِتاَباً أَوْسُنَّةً أَوْأَثَرًا أَوْإِجْمَاعًا فَهَذِهِ بِدْعَةُ الضَّلاَلِ وَمَاأُحْدِثَ مِنَ الخَيْرِ لاَيُخَالِفُ شَيْئاً مِنْ ذَالِكَ فَهِيَ مُحْدَثَةٌ غَيْرَ مَذْمُوْمَةٍ

Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) ada dua macam: Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, prilakuk sahabat, atau kesepakatan ulama maka termasuk bid’ah yang sesat; adapun sesuatu yang diada-adakan adalah sesuatu yang baik dan tidak menyalahi ketentuan (al Qur’an, Hadits, prilaku sahabat atau Ijma’) maka sesuatu itu tidak tercela (baik). (Fathul Bari, juz XVII: 10)

Juga realitas di dunia Islam dapat menjadi pertimbangan untuk jawaban kepada mereka yang melarang maulid Nabi SAW. Ternyata fenomena tradisi maulid Nabi SAW itu tidak hanya ada di Indonesia, tapi merata di hampir semua belahan dunia Islam. Kalangan awam diantara mereka barangkali tidak tahu asal-usul kegiatan ini. Tetapi mereka yang sedikit mengerti hukum agama berargumen bahwa perkara ini tidak termasuk bid`ah yang sesat karena tidak terkait dengan ibadah mahdhah atau ritual peribadatan dalam syariat.

Buktinya, bentuk isi acaranya bisa bervariasi tanpa ada aturan yang baku. Semangatnya justru pada momentum untuk menyatukan semangat dan gairah ke-islaman. Mereka yang melarang peringatan maulid Nabi SAW sulit membedakan antara ibadah dengan syi’ar Islam. Ibadah adalah sesuatu yang baku (given/tauqifi) yang datang dari Allah SWT, tetapi syi’ar adalah sesuatu yang ijtihadi, kreasi umat Islam dan situasional serta mubah.

Perlu dipahami, sesuatu yang mubah tidak semuanya dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Imam as-Suyuthi mengatakan dalam menananggapi hukum perayaan maulid Nabi SAW:

وَالجَوَابُ عِنْدِيْ أَنَّ أَصْلَ عَمَلِ المَوْلِدِ الَّذِيْ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَأَةُ مَاتَيَسَّّرَ مِنَ القُرْآنِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَأِ أَمْرِالنَّبِيّ صَلَّّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّّمَ مَاوَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الاَياَتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَهُ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَالِكَ مِنَ البِدَعِ الحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيْ صََلََّى اللهُُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِالفَرَحِ وَالِاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ

Menurut saya asal perayaan maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid’ah hasanah(sesuatu yang baik). Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad saw yang mulia. (Al- Hawi Lil-Fatawa, juz I, h. 251-252)

Pendapat Ibnu Hajar al-Haithami: “Bid’ah yang baik itu sunnah dilakukan, begitu juga memperingati hari maulid Rasulullah SAW.”

Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi): ”Termasuk hal baru yang baik dilakukan pada zaman ini adalah apa yang dilakukan tiap tahun bertepatan pada hari kelahiran Rasulullah saw. dengan memberikan sedekah dan kebaikan, menunjukkan rasa gembira dan bahagia, sesungguhnya itu semua berikut menyantuni fakir miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah SAW dan penghormatan kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah SAW kepada seluruh alam semesta”.

Untuk menjaga agar perayaan maulid Nabi SAW tidak melenceng dari aturan agama yang benar, sebaiknya perlu diikuti etika-etika berikut:

1. Mengisi dengan bacaan-bacaan shalawat kepada Rasulullah SAW.
2. Berdzikir dan meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
3. Membaca sejarah Rasulullah SAW dan menceritakan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan beliau.
4. Memberi sedekah kepada yang membutuhkan atau fakir miskin.
5. Meningkatkan silaturrahim.
6. Menunjukkan rasa gembira dan bahagia dengan merasakan senantiasa kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah kita.
7. Mengadakan pengajian atau majlis ta’lim yang berisi anjuran untuk kebaikan dan mensuritauladani Rasulullah SAW.

Maulid Nabi Untuk Menggali Semangat Profetik

Tidak salah jika Sultan Salahuddin Al Ayyubi menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi SAW guna membangkitkan spirit jihad kaum Muslim di bawah penjajahan tentara Salib. Terbukti dengan washilah Nabi ia berhasil mengangkat moral kaum Muslimin, sehingga bisa memenangkan berbagai pertempuran. Sunnah atau tradisi yang dipelopori oleh pahlawan Islam itu terus bergema hingga saat ini. Memang ada kelompok Islam yang membid’ahkan dan mengharamkan, karena mereka tidak memiliki semangat juang, dan menganggap perjuangan tidak penting.

Tetapi bagi mayoritas Muslim terutama kaum Sunni sangat memegang tradisi yang berkembang di seluruh jagat Muslim, sehingga gemanya terus berkumandang hingga saat ini, tidak hanya dalam bentuk ceramah, berbagai kidung, madah dan pantun dibaca sehingga menggetarkan arasy. Karena telah menjadi tradisi, maka memiliki logika sendiri. Sebagai prosesi yang tidak boleh ditinggalkan, maka tidak aneh kalau Negara Republik Indonesia menjadikannya sebagai hari libur.

Ini menunjukkan bahwa kita perlu terus-menerus menggali inspirasi dan menggali api profetik dari peringatan maulid Nabi ini. Sebab hingga saat ini banyak bidang yang perlu dikembangkan bahkan masih perlu diperjuangkan, baik yang bersifat politik dan kemasyarakatan termasuk kebudayaan. Komunitas sekecil apapun berusaha melaksanakan hal ini sebagai upaya mencara syafaat untuk meperoleh kebebasan dari keterbelakangan, kemiskinan dan berbagai penderitaan.

Bagi bangsa Indonesia yang sedang menghadapi persoalan besar, seperti krisis moral, kebudayaan, politik dan ekonomi, akibat ulah bangsa sendiri yang telah menyerahkan seluruh kedaulatan pada pihak asing yang jahat, sehingga Negara kehilangan kemampuan untuk melayani rakyatnya sendiri. Akhirnya, rakyatnya mengemis pada bangsa lain, bahkan diperbudak oleh bangsa lain, ketika kepercayaan diri, identitas diri dan harga diri hilang.

Nabi Muhammad sebagai pembawa obor penerang sehingga mengeluarkan masyarakat dari kondisi kejahiliyahan ke dalam kondisi kedamaian. Mengangkat derajat dan moralitas masyarakat menjadi masyarakat bermoral tinggi. Membebaskan dari berbagai penghisapan oleh kalangan kaya dengan memperkenalkan pendistribusian pendapatan dengan sistem zakat, sedakah dan infak. Langkah spektakular ini diterapkan agar tidak terjadi kesenjangan hidup dalam masyarakat.

Dengan peringatan maulid ini diharapkan kita bisa banyak mengambil pelajaran dari sejarah atau sunnah Nabi sebagaimana tersebut di atas. Saat ini kita berada dalam berbagai belenggu. Kita membutuhkan semangat pembebasan, agar kita tidak hanya bertopang dagu sambil mengeluh tentang keadaan. Kita dituntut untuk melawan segala bentuk ketidakadilan. Inilah tugas profetik yang harus dipikul oleh setiap Muslim sebagai upaya mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semua bangsa.

Tetapi celakanya ada sementara orang yang melihat keadaan ini sebagai keadaan yang normal dan wajar sehingga tidak membutuhkan perubahan total. Bagi kelompok yang diuntungkan oleh struktur yang timpang dan tidak adil ini bisa berpendapat demikian, karena mengabaikan beberapa kenyataan. Tetapi bagi mereka yang jeli melihat kenyataan tidak bisa bersikap masa bodoh seperti itu. Keadaan yang tidak sesuai dengan prinsip moral dan keadilan ini perlu diubah.

Sebagai cara untuk mengubah, berbagai aktivitas sosial harus dilakuan. Selain itu juga perlu memiliki spirit dan militansi untuk memperjuangkan sesuai yang diangap mulia, yakni kedailan. Nah dengan adanya peringatan Maulid Nabi ini sudah selayaknya masyarakat Islam menggali semangat kenabian agar memperoleh spirit dan kekuatan dalam menjalankan perjuangan keadilan. Apalagi meurut Al Quran, bahwa keadilan merupakan langkah akhir menuju ketakwaan.



Tenang saja...jangan takut dengan kedangkalan ilmu orang2 yang anti maulidurrosul..mereka cuma ngerti satu dan dua hadits saja.itupun hanya diambil pengertian tekstual saja.gak ngerti asroor,hikmah dan tashrihatnya.Sehingga nafsirin hadits kaku dan tidak fleksibel.Islam jadi mundur dan terbelakang serta tak mampu merespons perkembangan dan problematika umat disebabkan segelintir ulama yang hanya terpaku pada makna tekstual sebuah hadits.Padahal islam adalah agama ahir zaman yang harus mampu menjawab setiap masalah dan menemani keberlangsungan umat islam.

Jangan kaku dan mempersulit diri.sempit penalaran,akhirnya membabi buta mencaci maki yang gak sependapat,mengklaim paling ahli sunnah sendiri,menuduh sesat saudaranya sendiri,mengkafir2kan sesama muslim dan membuat umat terpecah belah.

Tugas utama kita adalah mengajak yang belum sholat jadi sholat,yang belum kemasjid jadi aktif kemasjid,yang masih suka berzina dinasehati agar berhenti zina,yang masih mabuk2an di ajak pelan2 agar meninggalkan minuman2 kerasnya...

bukan sabda nabi saw kita diperintah tebarkan salam,selalu tersenyum sesama muslim,saling tolong menolong dan menasihati?...bukan mencaci,mentakfir,mudah cakap sesat,bid'ah...

Amalkan saja apa yang antum yakini kebenarannya.itu akan lebih baik dari pada mengaku yang paling benar sendiri lalu yang lain semua bid'ah,sesat dan neraka.berhentilah untuk menghujat..masih banyak saudara kita yang jelas2 salah jalannya...yang masih tak sholat,masih suka zina,minum arak dll..ajaklah mereka untuk kembali kejalan allah dengan santun dan bijak..
wassalam war wab